Jika suatu hari satu sisi wajah Anda
mendadak terasa lumpuh dan tidak bisa digerakkan, bisa jadi Anda mengalami
kondisi yang disebut Bell’s palsy. Kelainan ini disebabkan karena adanya
kerusakan pada syaraf wajah (fasialis), tepatnya saraf kranial ketujuh. Gejala
klinis yang paling sering terjadi adalah otot wajah yang tidak dapat digerakkan
dan terasa lumpuh, serta satu sisi wajah terlihat mencong/miring. Penderita
umumnya mengalami kesulitan menutup mata dan mulut, tidak dapat mengangkat
alis, serta sulit saat hendak makan dan berbicara kurang jelas. Tingkat
keparahannya bervariasi, bisa hanya seperti kesemutan hingga kelumpuhan
total.
Meski penyebab yang pasti dari
kelainan ini masih belum dipastikan, selama ini faktor genetik, kurangnya
suplai darah (iskemik vaskuler) , kelainan autoimun, dan peradangan yang
disebabkan virus sering dikaitkan sebagai pemicu timbulnya Bell’s palsy. Oleh
sebab itu perawatan pasien Bell’s palsy umumnya meliputi pemberian terapi
kortikosteroid serta terapi kombinasi yaitu dengan melibatkan pemberian
obat-obatan antivirus.
Namun, suatu studi meta-analisis
yang dilakukan oleh peneliti dari Aristotle University of Thessaloniki
Yunani menyebutkan bahwa menambahkan antivirus untuk perawatan Bell’s palsy
tidak terlalu berpengaruh pada pemulihan fungsi pergerakan wajah. Kecepatan
waktu pemulihan fungsi motorik wajah setelah terapi 3 bulan antara kelompok
yang diberi kortikosteroid dengan kelompok yang diberi terapi kombinasi
kortikosteroid-antivirus ternyata tidak terlalu berbeda. Studi tersebut
menyimpulkan, pasien cukup diberi obat kortikosteroid saja.
Jika Anda mengalami kondisi yang
menyerupai gejala Bell’s palsy, segera berobat agar kemungkinan sembuh
total semakin besar. Namun jangan samakan kondisi ini dengan stroke, sebab
kelainan yang terjadi pada Bell’s palsy langsung terjadi pada syaraf
wajah dan kelumpuhan tidak terjadi pada anggota tubuh lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar